Valentine harinya cinta kasih,
Tua dan muda berlomba kasih cinta,
Tapi mengapa malam sunyi terasa,
Kemanakah berasa kasih.
Harum semerbak manis rasa,
Berangan kasih cinta bercumbu,
Saat tidur, hati tetap terjaga,
Menanti kasih mengetuk pintu.
Cepat, kasih, ketuklah pintu,
Segera peluk erat tubuh ini,
Agar terjaga dan sadar diri,
Hati siap terbuka untukmu.
Kasih laksana bunga & apel bagiku,
Harum semerbak lagi manis rasa,
Saat tidur, hati tetap terjaga,
Menanti kasih mengetuk pintu.
Yakinkan, katakan, sakit asmara,
Tunjukkan wajah dendangkan suara,
Sebelum hembusan angin senja, Sebelum bayang-bayang sirna.
Terbayang nikmati kasih,seketika,
Manis madu susu dilidah terasa,
Berdebar hati harap datangnya kasih,
Tak sadar diri tanggalkan jubah,
Mencari,menanti penuh asa,
Pagi sampai petang tak jumpa,
Semangat patah,pupus harapan kini,
Mata terpejam,tertidur pulas kini,
Dimanakah kasih berada kini?
Kapankah kasih sentuh hati?
Mengapa kasih usik hati ini?
Mungkinkah saat tutup hati?
Cepat, kasih, ketuklah pintu,
Segera peluk erat tubuh ini,
Agar terjaga dan sadar diri,
Hati siap terbuka untukmu
Selasa, 04 Maret 2014
analasis kondisi sosial budaya yang tergambar dalam novel Sebelas Patriot
BAB
I
PENDAHALUAN
A.
Latar Belakang
Karya sastra merupakan hasil karya cipta manusia
yang merupakan hasil imajinasi dan refleksi seorang penulis dari suatu hal yang
ia rasakan, ia lihat, ia dengar, dan yang terjadi di dalam masyarakat. Oleh
karena itu, dapat dikatakan bahwa terciptanya sebuah karya sastra tidak dapat
lepas dari bagaimana situasi dan kondisi masyarakat pada saat sebuah karya
sastra diciptakan. Proses penciptaan karya sastra selain dipengaruhi oleh
situasi dan kondisi masyarakat juga dipengaruhi oleh situasi dan kondisi dalam
diri penulis. Kondisi tersebut dapat berupa cara pandang seorang penulis
terhadap dunia dan masyarakat secara utuh baik dari segi negatif maupun
positif. Lilis (2009: 315) menyatakan bahwa sastra adalah ungkapan sastrawan
hasil pengalaman dan pengahayatannya terhadap kehidupan, sehingga dalam sastra
terkandung pandangan, penilaian, dan penafsiran sastrawan tentang kehidupan.
Dengan demikian, sastra diharapkan dapat membantu pembacanya untuk lebih
memahami nilai-nilai yang terkandung dalam kehidupan dan menumbuhkan kepekaan
sosial. Nilai-nilai yang termuat dalam karya sastra sangat beragam, misalnya
nilai moral, nilai kemanusiaan, dan nilai patriotisme.
Sebuah karya sastra dapat dinilai dari berbagai
aspek baik dari dalam karya sastra itu sendiri atau intrinsik maupun unsur dari
luar karya atau ekstrinsik yang juga mempengaruhi sebuah karya maupun aspek
genetik sastra yaitu asal-usul karya sastra, dalam hal ini asal-usul karya
sastra yaitu pengarang dan kenyataan sejarah yang melatarbelakangi lahirnya
sebuah karya sastra (Iswanto, 2001). Hal tersebut sejalan dengan pendapat yang
dikemukakan oleh Goldman (dalamFaruk, 2003:31), yaitu terdapat suatu korelasi
atau hubungan yang kuat antara bentuk literer novel dengan hubungan keseharian
antar manusia dengan komoditi pada umumnya atau secara lebih luas, antara
manusia dengan sesamanya dalam masyarakat.
Novel sebelas patriot merupakan kisah nyata dari
seorang penulis novel yaitu andrea Hirata. Andrea Hirata sering menceritakan pengalaman
unik yang dikemas dalam sebuah novel seperti novel laskar pelangi, sang
pemimpi, dan Edensor. Trilogy tersebut merupakan perekaan kembali cerita
hidupnya yang dikemas dalam novel dan telah dibumbui oleh unsur-unsur sastra.
Begitu juga pada novel yang berjudul sebelas patriot yang isinya mengenai
kebanggannya terhadap ayah dan PSSI yang isinya sarat akan motivasi dan
pendidikan. Pada bab selanjutnya akan dibahas mengenai analisis novel Sebelas
Patriot.
B.
Rumusan Masalah
a. Bagaimana
kondisi sosial budaya yang tergambar dalam novel Sebelas Patriot?
C.
Tujuan Penelitian
a. Untuk
mengetahui kondisi lingkungan yang tergambar pada novel Sebelas Patriot
b. Untuk
mengetahui nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam novel sebelas patriot
BAB
II
KAJIAN
PUSTAKA
A. Pengertian
Sosiologi Sastra
Sosiologi
sastra merupakan salah satu pendekatan sosiologi sastra yang mendasarkan pada
teori marxisme. Menurut Marx dan Engels, dalam masyarakat terdapat dua
buah struktur: infrastruktur dan superstruktur. Dalam masyarakat superstruktur
memiliki fungsi esensial untuk melegitimasi kekuatan kelas
sosial yang memiliki alat produksi ekonomi, sehingga ide-ide dominan dalam
masyarakat adalah ide-ide kelas penguasanya (Eagleton, 2006).
Sosiologi
sastra merupakan pendekatan yang bertitik tolak dengan orientasi kepada
pengarang. Semi (1984 : 52) mengatakan : “Sosiologi sastra merupakan bagian
mutlak dari kritik sastra, ia mengkhususkan diri dalam menelaah sastra dengan
memperhatikan segi-segi sosial kemasyarakatan. Produk ketelaahan itu dengan
sendirinya dapat digolongkan ke dalam produk kritik sastra”.
Ratna
(2003 : 25) mengatakan : “Sosiologi sastra adalah penelitian terhadap karya
sastra dan keterlibatan struktur sosialnya”. Wellek dan Warren dalam (Semi,
1989 :178) mengatakan: “Bahwa sosiologi sastra yakni mempermasalahkan suatu
karya sastra yang menjadi pokok, alat tentang apa yang tersirat dalam karya
sastra tersebut dan apa tujuan serta amanat yang hendak disampaikan.
Abrams
(1981 :178) mengatakan : “Sosiologi sastra dikenakan pada tulisan-tulisan para
kritikus dan ahli sejarah sastra yang utamanya ditujukan pada cara-cara
seseorang pengarang dipengaruhi oleh status kelasnya, ideologi masyarakat,
keadaan-keadaan ekonomi yang berhubungan dengan pekerjaannya, dan jenis pembaca
yang dituju”
Ditambahkan
oleh Teeuw (1984:94 dan 1983:65), sastra tidak lahir dalam situasi kekosongan
budaya dan juga karya sastra merupakan karya fiksi yang bersifat imajinatif,
pengarang berusaha memanfaatkan kondisi sosial di sekitarnya sebagai objek karya
sastra. Kehadiran sastra ada misi-misi tertentu dari seorang pengarang sebagai
anggota masyarakat yang peka akan sentuhan-sentuhan situasional.
B. Hakekat
Novel
a. Pengertian
Novel
Istilah novel berasal dari bahasa Itali
novella, yang mengandung makna harfiah sebuah barang baru yang kecil, yang
kemudian diartikan sebagai cerita pendek dalam bentuk prosa (Abrams via
Nurgiyantoro, 2009: 9). Lebih jauh,Nurgiyantoro (2009: 10) menambahkan bahwa
dewasa ini novel dideskripsikan sebagai sebuah karya prosa fiksi yang cukup
panjang – tidak terlalu panjang namun tidak terlalu pendek. Menurut Scholes
(via Junus, 1984: 121) novel adalah sebuah cerita yang berkaitan dengan
peristiwa nyata, atau fiksional yang dibayangkan pengarang melalui
pengamatannya terhadap realitas. Aristoteles (via Hartoko, 1984: 17)
mengemukakan bahwa sastra bukanlah jiplakan dari kenyataan, melainkan sebuah
ungkapan atau perwujudan mengenai universalia atau konsep-konsep umum. Dalam
proses penciptaan karya sastra, seorang pengarang berhadapan dengan kenyataan
yang ditemukan dalam masyarakat (realitas objektif) dalam bentuk
peristiwa-peristiwa, norma-norma atau tata nilai, pandangan hidup, dan aspek
lain dalam masyarakat (Esten, 1984: 9).
Dari berbagai pendapat di atas,
disimpulkan bahwa novel adalah karya fiksi yang menceritakan peristiwa atau
nilai dalam masyarakat yang merupakan hasil pengamatan pengarang terhadap
realita hidup. Sebagaimana karya sastra yang lain, novel menawarkan berbagai
macam permasalahan yang dialami dalam kehidupan manusia. Novel, atau seringkali
disebut sebagai karya fiksi, merupakan bentuk penceritaan kehidupan manusia12
dan kemanusiaan yang bersifat fragmentaris, teknik pengungkapannya padat, dan
pembentuk strukturnya bersifat padu. Koherensi dan kepaduan unsur cerita membentuk
suatu totalitas merupakan faktor penentu keindahan dan keberhasilannovel
sebagai karya sastra fiksi (Nurgiyantoro, 1995: 4).Unsur karya sastra dapat
diklasifikasikan menjadi unsur bentuk dan unsur isi. Unsur bentuk adalah semua
elemen linguis yang digunakan untuk menuangkan isi ke dalam unsur fakta cerita,
sarana cerita, tema sastra, sedangkanunsur isi adalah ide dan emosi yang
dituangkan ke dalam karya sastra (Wellek danWarren, 1993: 140).
b. Unsur
– unsur fiksi
·
Unsur intrinsik
Unsur
intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra, unsur-unsur yang
secara faktual dijumpai saat orang membaca karya sastra(Nurgiyantoro, 2009:
23). Unsur yang dimaksud antara lain, peristiwa, cerita, plot,penokohan, tema,
latar, sudut pandang penceritaan, bahasa, atau gaya bahasa, dan lain-lain. Di
dalam penelitian ini, dijelaskan unsur-unsur instrinsik yang meliputi tema,
plot, latar/setting, penokohan, dan sudut pandang penceritaan.
·
Unsur ekstrinsik
Unsur
ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra,tetapi secara
tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya sastra
(Nurgiyantoro, 2009: 23). Wellek dan Warren (via Nurgiyantoro, 2009: 24)
memberikan salah satu contoh unsur ekstrinsik, yaitu keadaan subjektif individu
pengarang yang memiliki sikap, keyakinan, dan pandangan hidup yang secara
bersamaan mempengaruhi karya yang ditulisnya. Unsur ekstrinsik yang lain adalah
kondisi psikologi pengarang (yang meliputi proses kreatifnya), psikologi
pembaca, maupun penerapan prinsip psikologi dalam karya. Keadaan ekonomi,
politik, dan sosial di lingkungan pengarang juga merupakan unsur ekstrinsik.
Dari berbagai pendapat di atas, dapat dikatakan bahwa unsur ekstrinsik
adalah kondisi di luar novel yang terkait dengan
pengarang, yang mempengaruhi hasil-hasil karyanya.
BAB
III
METODE
PENELITIAN
A.
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif
yang bersifat analisis isi.”Penelitian kualitatif dilakukan dengan tidak mengutamakan pada
angka-angka, tetapi menggunakan kedalaman penghayatan terhadap interaksi antar
konsep yang sedang dikaji secara empiris. Dengan pendekatan kualitatif semua
masalah humaniora, termasuk sastra, dapat dijawab atau dianalisis dengan
sebaik-baiknya” (Semi, 1993:3). Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode deskriptif analisis, maksudnya adalah mendeskripsikan data yang
diperoleh apa adanya. Menurut Semi (1993:23), metode penelitian deskriptif
dilakukan dengan mendeskripsikan data yang diperoleh tanpa mengartikannya
dengan angka-angka, tetapi menekankan pada pemahaman dan penghayatan atas
hubungan yang terjadi antar konsep yang dikaji secara empiris.
B.
Data dan Sumber Data
·
Data
Menurut Arikunto
(2002:96) data merupakan hasil pencatatan peneliti, baik berupa fakta ataupun
angka untuk menyusun sebuah informasi. Data penelitian ini diambil dari novel Sebelas
Patriot karya Andrea Hierata. Data yang
hendak diteliti disini adalah nilai-nilai sosial dalam novel sebelas patriot
karya Andre Hierata.
·
Sumber Data
Sumber data
penelitian ini adalah novel berjudul Sebelas Patriot karya Andrea Hierata yang
diterbitkan Benteng Pustaka, Yogyakarta cetakan pertama, juni 2011 dengan tebal
108 halaman.
C.
Teknik Pengumpulan Data
Untuk mengambil data penulis menggunakan teknik
pustaka yaitu dengan menganalisis isi. Pada penelitian ini peneliti menyimak
kemudian mencatat dokumen-dokumen yang diambil dari data primer yang berkaitan
dengan masalah dan tujuan penelitian.
Adapun langkah-langkah dalam pengambilan data dalam
novel Sebelas Patriot karya Andrea Hierata yaitu:
·
Membaca secara intensif novel sebelas
Patriot karya Andrea Hierata
·
Mencatat kalimat, dialog, serta
penggambaran keaadaan para tokoh yang diceritakan pengarang.dalam novel yang
menggambarkan nilai-nilai sosial yang dimaksudkan.
D.
Teknik Analisis Data
Adapun langkah-langkah analisis data
antara lain :
·
Mengidentifikasi semua data yang telah
dikumpulkan
·
Melakukan interpretasi data yang berupa
percakapan tokoh, tingkah laku tokoh, ucapan tokoh juga penceritaan lansung
oleh pengarang
·
Menarik kesimpulan berdasarkan hasil
analisis data.
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Sinopsis
Sebelas patriot adalah sebuah novel karya andrea hirata. Di dalamnya
menceritakan tentang kehidupan seorang anak bernama ikal tentang kebanggannya
terhadap PSSI. Dari sebuah album foto yang tidak sengaja ia temukan di atas
almari ayahnya Ikal bangga terhadap ayahnya juga dengan PSSI. Karena di foto
tersebut tersimpan sejarah ketika ayah ikal sebagai seorang pemain sepak bola
yang andal. Dulu ketika ayah ikal mudah. Pernah menjadi seorang pemain bola
terbaik di zamannya, bersama dua saudaranya. posisi sayap kiri yang dipegang
ayah ikal dan posisi tengah dan kedua pamannya sebagai gelandang dan sayap kanan.
Tiga pemain ini pada zaman pemerintahan belanda dulu notabennya sebagai pekerja
kuli parit. Berita tantang tiga bersaudara tersebut sampai pada telinga van
holden dan langsung menyaksikan pertandingan tersebut, yaitu pertandingan untuk
memperingati ratu belanda. Pertandingan antara pemuda belanda dengan tim kuli
parit. Pertandingan tersebut sempat mendapat intimidasi dari pihak belanda
bahwa ketiga bersaudara tidak boleh main, sang pelatih amin sampai dipanggil.
Tapi ketiga saudara itu tidak mau tahu tetep bersi keras ingin main dalam
pertandingan melawan belanda dan tidak mau menjadi pemain dibangku candangan.
Alhasil pemain pemuda belanda dipermalukan tim parit. Berkat sontekan dari
gelandang tengah dari tiga bersaudara dan saat itu juga tim parit merasakan
kemerdekaan. Mereka merasakan kemerdekaan di lapangan hijau atas kemengan yang
diperolehnya.
Keesokan harinya pelatih amin dan tiga bersaudara babak belur ketika
keluar dari tangsi. Atas perintah dari distric behendeer pelatih amin
dan tiga saudara itu dibuat babak belur, dibuat sengsara oleh pemerintahan
belanda kaki ayah ikal menjadi saksinya, saksi kebiadaban orang belanda yang
telah membuatnya pincang. Perjalanan hidup ayahnya di masa silam menjadi
motivasi ikal untuk menjadi pemai sepak bola. menjadikan dirinya semakin cinta
pada ayahnya dan cinta pada PSSI. Ikal juga mengikuti tes pemilihan pemain PSSI
mengikuti seleksi dari tahap awal hingga akhir, tapi nasib berkata lain ikal
dimata para pelatih PSSI tak layak masuk kedalam pemain PSSI karena kemampuan
yang masih kalah dengan pemain lain. kegagalan yang dialami ikal tak membuatnya
benci terhadap PSSI. Dia justru bangga terhadap PSSI dan semakin cinta terhadap
PSSI. Karena ayahnya selalu bangga terhadap PSSI itu yang membuat Ikal menjadi
fans berat PSSI.
Ketika ikal merantau di Universitas Sorbone, Perancis. Ikal mengikuti
sebuah kegiatan yaitu menjadi seorang backpacker. Bersama Arai, Ikal
menjelajahi afrika dan eropa. Tujuan Negara yang ingin dikunjungi ikal yaitu
spanyol dia ingin singgah di kota Madrid, salah satu club dikota itu
menjadi kebanggan ayah ikal yaitu Real Madrid. Ikal dan Arai berpisah ditengah
jalan karena tujuan kota yang diminatinya berbeda. Ikal ingin ke Madrid
sedangkan Arai ingin ke Alhambra. Di kota Madrid Ikal mendapat kenalan bernama
Adriana seorang perempuan yang gemar dengan bola. selain penggemar bola dia
berprofesi sebagai penjaga toko resmi kepunyaan Real Madrid. Perkenala itu
berawal ketika ikal akan membeli sebuah kaos bola bertanda tangan Luis Figo.
Pertama kali pertemuan itu Adriana menawarkan sebuah kaos bertanda tangan Luis
Figo, tapi dengan harga yang berlipat lebih mahal dibanding kaos tak bertanda
tangan. Kemudian ikal berjanji pada Adriana bahwa dirinya akan kembali lagi
kesini untuk membeli kaos bertanda tangan Luis Figo. Ikal bekerja mati-matian
untuk memperoleh uang 250 Euro. Ikal rela menjadi kacung serta
pembantu rumah tangga untuk mendapatkan uang 250 Euro. Sebuah kaos
Luis Figo yang bertanda tangan untuk dihadiahkan kepada ayahnya, karena ikal
tahu bahwa ayahnya penggemar berat Luis Figo setelah menggemari PSSI. Selama
bekerja keras akhirnya Ikal mendapatkan uang tersebut dan langsung meluncur ke
toko resmi Real Madrid. Sampai disana kaos yang diincarnya ternyata sudah menghilang
dari tempatnya. Ikal sempat merasa sedih bahwa dirinya telah gagal mendapatkan
kaos bertanda tangan Luis Figo, akan tetapi kaos tersebut ternyata sengaja
disimpan oleh Adriana untuk Ikal. Dia tahu bahwa Ikal akan kembali kesini dan
membeli kaos bertanda tangan lusi figo. Ikal merasa senang sekali ketiak kaos
bertanda tangan Luis Figo berada ditangannya. Dari permulaan itu Ikal semakin
akrab dengan Adriana dan sempat diajaknya secara langsung menonton pertandinagn
Real Madrid VS Valencia. di depan kepalanya sendiri serta melihat
langsung sepak terjang Luis Figo di lapangan hijau.
Esok harinya Ikal mengirimkan Kaos bertanda Tangan Luis Figo untuk
ayahnya dan kaos Barcelona untuk pelatih Toharun. Ikal juga mengirim surat pada
ayahnya yang isi bahwa dia berada di Estadio Santiag dan dilampiri
foto ikal saat berpose di dapan stadion kebanggan ayahnya itu. di spanyol ikal
selalu merindukan ayah dan bertanya-tanya apakah ayah masih mengikuti
pertandingan PSSI? Apakah kaki kirinya bergerak melihat pertandingan itu?
betapa ikal sangat merindukan ayahnya saat berada di kota kebanggaan ayahnya
yaitu Real Madrid.
B. Kondisi Sosial Budaya pada
Novel Sebelas Patriot
Pada novel ini kondisi sosial budaya terbagi menjadi tiga, yakni kondisi
(a).sosial pada zaman pemerintahan belanda, (b). kondisi sosial ketika ikal
tumbuh sejak kecil hingga dewasa di Belitong,(c). kondisi sosial budaya ketika
ikal merantau ke Eropa.
Langganan:
Postingan (Atom)