Selasa, 04 Maret 2014

analasis kondisi sosial budaya yang tergambar dalam novel Sebelas Patriot



BAB I
PENDAHALUAN
A.    Latar Belakang
Karya sastra merupakan hasil karya cipta manusia yang merupakan hasil imajinasi dan refleksi seorang penulis dari suatu hal yang ia rasakan, ia lihat, ia dengar, dan yang terjadi di dalam masyarakat. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa terciptanya sebuah karya sastra tidak dapat lepas dari bagaimana situasi dan kondisi masyarakat pada saat sebuah karya sastra diciptakan. Proses penciptaan karya sastra selain dipengaruhi oleh situasi dan kondisi masyarakat juga dipengaruhi oleh situasi dan kondisi dalam diri penulis. Kondisi tersebut dapat berupa cara pandang seorang penulis terhadap dunia dan masyarakat secara utuh baik dari segi negatif maupun positif. Lilis (2009: 315) menyatakan bahwa sastra adalah ungkapan sastrawan hasil pengalaman dan pengahayatannya terhadap kehidupan, sehingga dalam sastra terkandung pandangan, penilaian, dan penafsiran sastrawan tentang kehidupan. Dengan demikian, sastra diharapkan dapat membantu pembacanya untuk lebih memahami nilai-nilai yang terkandung dalam kehidupan dan menumbuhkan kepekaan sosial. Nilai-nilai yang termuat dalam karya sastra sangat beragam, misalnya nilai moral, nilai kemanusiaan, dan nilai patriotisme.
Sebuah karya sastra dapat dinilai dari berbagai aspek baik dari dalam karya sastra itu sendiri atau intrinsik maupun unsur dari luar karya atau ekstrinsik yang juga mempengaruhi sebuah karya maupun aspek genetik sastra yaitu asal-usul karya sastra, dalam hal ini asal-usul karya sastra yaitu pengarang dan kenyataan sejarah yang melatarbelakangi lahirnya sebuah karya sastra (Iswanto, 2001). Hal tersebut sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Goldman (dalamFaruk, 2003:31), yaitu terdapat suatu korelasi atau hubungan yang kuat antara bentuk literer novel dengan hubungan keseharian antar manusia dengan komoditi pada umumnya atau secara lebih luas, antara manusia dengan sesamanya dalam masyarakat.
Novel sebelas patriot merupakan kisah nyata dari seorang penulis novel yaitu andrea Hirata. Andrea Hirata sering menceritakan pengalaman unik yang dikemas dalam sebuah novel seperti novel laskar pelangi, sang pemimpi, dan Edensor. Trilogy tersebut merupakan perekaan kembali cerita hidupnya yang dikemas dalam novel dan telah dibumbui oleh unsur-unsur sastra. Begitu juga pada novel yang berjudul sebelas patriot yang isinya mengenai kebanggannya terhadap ayah dan PSSI yang isinya sarat akan motivasi dan pendidikan. Pada bab selanjutnya akan dibahas mengenai analisis novel Sebelas Patriot.


B.     Rumusan Masalah

a.       Bagaimana kondisi sosial budaya yang tergambar dalam novel Sebelas Patriot?

C.     Tujuan Penelitian

a.       Untuk mengetahui kondisi lingkungan yang tergambar pada novel Sebelas Patriot
b.      Untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam novel sebelas patriot










BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.    Pengertian Sosiologi Sastra
Sosiologi sastra merupakan salah satu pendekatan sosiologi sastra yang mendasarkan pada teori marxisme. Menurut Marx dan Engels, dalam masyarakat terdapat dua buah struktur: infrastruktur dan superstruktur. Dalam masyarakat superstruktur memiliki   fungsi esensial untuk melegitimasi kekuatan kelas sosial yang memiliki alat produksi ekonomi, sehingga ide-ide dominan dalam masyarakat adalah ide-ide kelas penguasanya (Eagleton, 2006).
Sosiologi sastra merupakan pendekatan yang bertitik tolak dengan orientasi kepada pengarang. Semi (1984 : 52) mengatakan : “Sosiologi sastra merupakan bagian mutlak dari kritik sastra, ia mengkhususkan diri dalam menelaah sastra dengan memperhatikan segi-segi sosial kemasyarakatan. Produk ketelaahan itu dengan sendirinya dapat digolongkan ke dalam produk kritik sastra”.
Ratna (2003 : 25) mengatakan : “Sosiologi sastra adalah penelitian terhadap karya sastra dan keterlibatan struktur sosialnya”. Wellek dan Warren dalam (Semi, 1989 :178) mengatakan: “Bahwa sosiologi sastra yakni mempermasalahkan suatu karya sastra yang menjadi pokok, alat tentang apa yang tersirat dalam karya sastra tersebut dan apa tujuan serta amanat yang hendak disampaikan.
Abrams (1981 :178) mengatakan : “Sosiologi sastra dikenakan pada tulisan-tulisan para kritikus dan ahli sejarah sastra yang utamanya ditujukan pada cara-cara seseorang pengarang dipengaruhi oleh status kelasnya, ideologi masyarakat, keadaan-keadaan ekonomi yang berhubungan dengan pekerjaannya, dan jenis pembaca yang dituju”
Ditambahkan oleh Teeuw (1984:94 dan 1983:65), sastra tidak lahir dalam situasi kekosongan budaya dan juga karya sastra merupakan karya fiksi yang bersifat imajinatif, pengarang berusaha memanfaatkan kondisi sosial di sekitarnya sebagai objek karya sastra. Kehadiran sastra ada misi-misi tertentu dari seorang pengarang sebagai anggota masyarakat yang peka akan sentuhan-sentuhan situasional.



B.     Hakekat Novel
a.       Pengertian Novel
Istilah novel berasal dari bahasa Itali novella, yang mengandung makna harfiah sebuah barang baru yang kecil, yang kemudian diartikan sebagai cerita pendek dalam bentuk prosa (Abrams via Nurgiyantoro, 2009: 9). Lebih jauh,Nurgiyantoro (2009: 10) menambahkan bahwa dewasa ini novel dideskripsikan sebagai sebuah karya prosa fiksi yang cukup panjang – tidak terlalu panjang namun tidak terlalu pendek. Menurut Scholes (via Junus, 1984: 121) novel adalah sebuah cerita yang berkaitan dengan peristiwa nyata, atau fiksional yang dibayangkan pengarang melalui pengamatannya terhadap realitas. Aristoteles (via Hartoko, 1984: 17) mengemukakan bahwa sastra bukanlah jiplakan dari kenyataan, melainkan sebuah ungkapan atau perwujudan mengenai universalia atau konsep-konsep umum. Dalam proses penciptaan karya sastra, seorang pengarang berhadapan dengan kenyataan yang ditemukan dalam masyarakat (realitas objektif) dalam bentuk peristiwa-peristiwa, norma-norma atau tata nilai, pandangan hidup, dan aspek lain dalam masyarakat (Esten, 1984: 9).
Dari berbagai pendapat di atas, disimpulkan bahwa novel adalah karya fiksi yang menceritakan peristiwa atau nilai dalam masyarakat yang merupakan hasil pengamatan pengarang terhadap realita hidup. Sebagaimana karya sastra yang lain, novel menawarkan berbagai macam permasalahan yang dialami dalam kehidupan manusia. Novel, atau seringkali disebut sebagai karya fiksi, merupakan bentuk penceritaan kehidupan manusia12 dan kemanusiaan yang bersifat fragmentaris, teknik pengungkapannya padat, dan pembentuk strukturnya bersifat padu. Koherensi dan kepaduan unsur cerita membentuk suatu totalitas merupakan faktor penentu keindahan dan keberhasilannovel sebagai karya sastra fiksi (Nurgiyantoro, 1995: 4).Unsur karya sastra dapat diklasifikasikan menjadi unsur bentuk dan unsur isi. Unsur bentuk adalah semua elemen linguis yang digunakan untuk menuangkan isi ke dalam unsur fakta cerita, sarana cerita, tema sastra, sedangkanunsur isi adalah ide dan emosi yang dituangkan ke dalam karya sastra (Wellek danWarren, 1993: 140).
b.      Unsur – unsur fiksi
·         Unsur intrinsik
Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra, unsur-unsur yang secara faktual dijumpai saat orang membaca karya sastra(Nurgiyantoro, 2009: 23). Unsur yang dimaksud antara lain, peristiwa, cerita, plot,penokohan, tema, latar, sudut pandang penceritaan, bahasa, atau gaya bahasa, dan lain-lain. Di dalam penelitian ini, dijelaskan unsur-unsur instrinsik yang meliputi tema, plot, latar/setting, penokohan, dan sudut pandang penceritaan.
·         Unsur ekstrinsik
Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra,tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya sastra (Nurgiyantoro, 2009: 23). Wellek dan Warren (via Nurgiyantoro, 2009: 24) memberikan salah satu contoh unsur ekstrinsik, yaitu keadaan subjektif individu pengarang yang memiliki sikap, keyakinan, dan pandangan hidup yang secara bersamaan mempengaruhi karya yang ditulisnya. Unsur ekstrinsik yang lain adalah kondisi psikologi pengarang (yang meliputi proses kreatifnya), psikologi pembaca, maupun penerapan prinsip psikologi dalam karya. Keadaan ekonomi, politik, dan sosial di lingkungan pengarang juga merupakan unsur ekstrinsik. Dari berbagai pendapat di atas, dapat dikatakan bahwa unsur ekstrinsik
adalah kondisi di luar novel yang terkait dengan pengarang, yang mempengaruhi hasil-hasil karyanya.



BAB III
METODE PENELITIAN
A.    Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang bersifat analisis isi.”Penelitian kualitatif  dilakukan dengan tidak mengutamakan pada angka-angka, tetapi menggunakan kedalaman penghayatan terhadap interaksi antar konsep yang sedang dikaji secara empiris. Dengan pendekatan kualitatif semua masalah humaniora, termasuk sastra, dapat dijawab atau dianalisis dengan sebaik-baiknya” (Semi, 1993:3). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis, maksudnya adalah mendeskripsikan data yang diperoleh apa adanya. Menurut Semi (1993:23), metode penelitian deskriptif dilakukan dengan mendeskripsikan data yang diperoleh tanpa mengartikannya dengan angka-angka, tetapi menekankan pada pemahaman dan penghayatan atas hubungan yang terjadi antar konsep yang dikaji secara empiris. 

B.     Data dan Sumber Data
·         Data
Menurut Arikunto (2002:96) data merupakan hasil pencatatan peneliti, baik berupa fakta ataupun angka untuk menyusun sebuah informasi. Data penelitian ini diambil dari novel Sebelas Patriot karya  Andrea Hierata. Data yang hendak diteliti disini adalah nilai-nilai sosial dalam novel sebelas patriot karya Andre Hierata.

·         Sumber Data
Sumber data penelitian ini adalah novel berjudul Sebelas Patriot karya Andrea Hierata yang diterbitkan Benteng Pustaka, Yogyakarta cetakan pertama, juni 2011 dengan tebal 108 halaman.



C.     Teknik Pengumpulan Data
Untuk mengambil data penulis menggunakan teknik pustaka yaitu dengan menganalisis isi. Pada penelitian ini peneliti menyimak kemudian mencatat dokumen-dokumen yang diambil dari data primer yang berkaitan dengan masalah dan tujuan penelitian.
Adapun langkah-langkah dalam pengambilan data dalam novel Sebelas Patriot karya Andrea Hierata yaitu:
·         Membaca secara intensif novel sebelas Patriot karya Andrea Hierata
·         Mencatat kalimat, dialog, serta penggambaran keaadaan para tokoh yang diceritakan pengarang.dalam novel yang menggambarkan nilai-nilai sosial yang dimaksudkan.
D.    Teknik Analisis Data
Adapun langkah-langkah analisis data antara lain :
·         Mengidentifikasi semua data yang telah dikumpulkan
·         Melakukan interpretasi data yang berupa percakapan tokoh, tingkah laku tokoh, ucapan tokoh juga penceritaan lansung oleh pengarang
·         Menarik kesimpulan berdasarkan hasil analisis data.












BAB IV
PEMBAHASAN
A.     Sinopsis
Sebelas patriot adalah sebuah novel karya andrea hirata. Di dalamnya menceritakan tentang kehidupan seorang anak bernama ikal tentang kebanggannya terhadap PSSI. Dari sebuah album foto yang tidak sengaja ia temukan di atas almari ayahnya Ikal bangga terhadap ayahnya juga dengan PSSI. Karena di foto tersebut tersimpan sejarah ketika ayah ikal sebagai seorang pemain sepak bola yang andal. Dulu ketika ayah ikal mudah. Pernah menjadi seorang pemain bola terbaik di zamannya, bersama dua saudaranya. posisi sayap kiri yang dipegang ayah ikal dan posisi tengah dan kedua pamannya sebagai gelandang dan sayap kanan. Tiga pemain ini pada zaman pemerintahan belanda dulu notabennya sebagai pekerja kuli parit. Berita tantang tiga bersaudara tersebut sampai pada telinga van holden dan langsung menyaksikan pertandingan tersebut, yaitu pertandingan untuk memperingati ratu belanda. Pertandingan antara pemuda belanda dengan tim kuli parit. Pertandingan tersebut sempat mendapat intimidasi dari pihak belanda bahwa ketiga bersaudara tidak boleh main, sang pelatih amin sampai dipanggil. Tapi ketiga saudara itu tidak mau tahu tetep bersi keras ingin main dalam pertandingan melawan belanda dan tidak mau menjadi pemain dibangku candangan. Alhasil pemain pemuda belanda dipermalukan tim parit. Berkat sontekan dari gelandang tengah dari tiga bersaudara dan saat itu juga tim parit merasakan kemerdekaan. Mereka merasakan kemerdekaan di lapangan hijau atas kemengan yang diperolehnya.
Keesokan harinya pelatih amin dan tiga bersaudara babak belur ketika keluar dari tangsi. Atas perintah dari distric behendeer pelatih amin dan tiga saudara itu dibuat babak belur, dibuat sengsara oleh pemerintahan belanda kaki ayah ikal menjadi saksinya, saksi kebiadaban orang belanda yang telah membuatnya pincang. Perjalanan hidup ayahnya di masa silam menjadi motivasi ikal untuk menjadi pemai sepak bola. menjadikan dirinya semakin cinta pada ayahnya dan cinta pada PSSI. Ikal juga mengikuti tes pemilihan pemain PSSI mengikuti seleksi dari tahap awal hingga akhir, tapi nasib berkata lain ikal dimata para pelatih PSSI tak layak masuk kedalam pemain PSSI karena kemampuan yang masih kalah dengan pemain lain. kegagalan yang dialami ikal tak membuatnya benci terhadap PSSI. Dia justru bangga terhadap PSSI dan semakin cinta terhadap PSSI. Karena ayahnya selalu bangga terhadap PSSI itu yang membuat Ikal menjadi fans berat PSSI.
Ketika ikal merantau di Universitas Sorbone, Perancis. Ikal mengikuti sebuah kegiatan yaitu menjadi seorang backpacker. Bersama Arai, Ikal menjelajahi afrika dan eropa. Tujuan Negara yang ingin dikunjungi ikal yaitu spanyol dia ingin singgah di kota Madrid, salah satu club dikota itu menjadi kebanggan ayah ikal yaitu Real Madrid. Ikal dan Arai berpisah ditengah jalan karena tujuan kota yang diminatinya berbeda. Ikal ingin ke Madrid sedangkan Arai ingin ke Alhambra. Di kota Madrid Ikal mendapat kenalan bernama Adriana seorang perempuan yang gemar dengan bola. selain penggemar bola dia berprofesi sebagai penjaga toko resmi kepunyaan Real Madrid. Perkenala itu berawal ketika ikal akan membeli sebuah kaos bola bertanda tangan Luis Figo. Pertama kali pertemuan itu Adriana menawarkan sebuah kaos bertanda tangan Luis Figo, tapi dengan harga yang berlipat lebih mahal dibanding kaos tak bertanda tangan. Kemudian ikal berjanji pada Adriana bahwa dirinya akan kembali lagi kesini untuk membeli kaos bertanda tangan Luis Figo. Ikal bekerja mati-matian untuk memperoleh uang 250 Euro. Ikal rela menjadi kacung serta pembantu rumah tangga untuk mendapatkan uang 250 Euro. Sebuah kaos Luis Figo yang bertanda tangan untuk dihadiahkan kepada ayahnya, karena ikal tahu bahwa ayahnya penggemar berat Luis Figo setelah menggemari PSSI. Selama bekerja keras akhirnya Ikal mendapatkan uang tersebut dan langsung meluncur ke toko resmi Real Madrid. Sampai disana kaos yang diincarnya ternyata sudah menghilang dari tempatnya. Ikal sempat merasa sedih bahwa dirinya telah gagal mendapatkan kaos bertanda tangan Luis Figo, akan tetapi kaos tersebut ternyata sengaja disimpan oleh Adriana untuk Ikal. Dia tahu bahwa Ikal akan kembali kesini dan membeli kaos bertanda tangan lusi figo. Ikal merasa senang sekali ketiak kaos bertanda tangan Luis Figo berada ditangannya. Dari permulaan itu Ikal semakin akrab dengan Adriana dan sempat diajaknya secara langsung menonton pertandinagn Real Madrid VS Valencia. di depan kepalanya sendiri serta melihat langsung sepak terjang Luis Figo di lapangan hijau.
Esok harinya Ikal mengirimkan Kaos bertanda Tangan Luis Figo untuk ayahnya dan kaos Barcelona untuk pelatih Toharun. Ikal juga mengirim surat pada ayahnya yang isi bahwa dia berada di Estadio Santiag dan dilampiri foto ikal saat berpose di dapan stadion kebanggan ayahnya itu. di spanyol ikal selalu merindukan ayah dan bertanya-tanya apakah ayah masih mengikuti pertandingan PSSI? Apakah kaki kirinya bergerak melihat pertandingan itu? betapa ikal sangat merindukan ayahnya saat berada di kota kebanggaan ayahnya yaitu Real Madrid.
B.     Kondisi Sosial Budaya pada Novel Sebelas Patriot
Pada novel ini kondisi sosial budaya terbagi menjadi tiga, yakni kondisi (a).sosial pada zaman pemerintahan belanda, (b). kondisi sosial ketika ikal tumbuh sejak kecil hingga dewasa di Belitong,(c). kondisi sosial budaya ketika ikal merantau ke Eropa.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar